Pengunjung Dilarang Memberi Makan Satwa di Hutan Kota Ketapang, Ini Alasannya

1929
Foto kelempiau yang memakan sisa-sisa makanan nasi dari pengunjung dan tak jarang sampah menjadi berserakan. Foto: IST/ Petrus Kanisius
Foto kelempiau yang memakan sisa-sisa makanan nasi dari pengunjung dan tak jarang sampah menjadi berserakan. Foto: IST/ Petrus Kanisius

MONGA.ID- KETAPANG, Di Hutan Kota (Hutan Kota Teluk Akar Begantung) Ketapang, Kalbar, menjadi salah satu tempat pilihan masyarakat untuk berkunjung dengan berbagai alasan dan tujuan seperti rekreasi, melihat dan belajar. Akan tetapi, sering kali terlihat beberapa diantara oknum pengunjung yang berkunjung  tak jarang memberi makan kepada satwa. Sejatinya sangat dilarang untuk memberi makan kepada satwa.

Mengapa demikian?, ini alasannya :

Pertama, memberikan makan kepada satwa tentu sengat berpengaruh pada naluri alamiah hewan dalam mencari makan. Apabila dibiasakan diberi makan, maka satwa tersebut menjadi terbiasa dan manja sehingga mereka (satwa) hilang naluri alamiah kehewanannya.

Kedua, apabila dibiasakan diberikan makanan yang memang bukan makanannya satwa maka satwa-satwa tersebut menjadi terbiasa memakan makanan apa saja yang dimakan manusia seperti nasi, kue atau pun makanan lainnya. Seperti di huko (hutan kota), pengunjung terkadang juga memberi minum, air putih, kopi dan kacang. Tak jarang pula selain kelempiau, satwa-satwa lain tak terkecuali monyet dan burung elang juga terbiasa makan makanan manusia menjadi terbiasa mengais-ngais makanan di tong sampah atau   satwa mencari dan meminta-minta makanan kepada pengunjung. satwa-satwa yang mengais sisa-sisa makanan di tong sampah sehingga membuat sampah berhamburan/pemicu munculnya sampah-sampah baru selain juga sampah-sampah tersebut berasal dari oknum pengunjung yang berkujung di sekitaran hutan kota.

Ketiga, seperti beberapa kejadian yang telah terjadi, satwa yang terbiasa memakan makanan manusia tak segan-segan merampas tas ataupun makanan yang dibawa pengunjung yang sedang berkunjung di Hutan Kota Ketapang. Terhitung ada 3 kejadian, satwa (kelempiau) mencakar dan melukai pengunjung saat belajar di Hutan Kota Ketapang.

Keempat, kebiasaan memberi makan kepada satwa maka akan terjadi kontak fisik yang bisa saja berpengaruh kepada kebersihan si satwa yang berdampak kepada rentannya manusia tertular berbagai penyakit seperti rabies atau pun juga penyakit TBC dan penyakit lainnya. Sudah pasti, satwa yang berada di hutan belum tentu bersih dan aman untuk kontak secara langsung dengan manusia.

Menurut keterangan bapak Sebaan, seorang penjaga hutan kota mengatakan;  di Hutan Kota ada 6 kelempiau dan ada puluhan monyet yang sering mengais makanan, kebiasaan karena sering diberikan makanan sehingga kelempiau ataupun monyet sering mencari makanan di tong sampah dan membuat sampah bertebaran kemana-mana. Selain kelempiau, ada juga puluhan  monyet yang tak jarang pula mengais makanan di tong sampah.

Sejatinya memang satwa-satwa tidak boleh diberikan makanan oleh pengunjung. Biarkan mereka secara nalurinya untuk mencari makan di hutan. Yang menjadi ketakutan adalah mereka akan tergantung pada manusia untuk memperoleh makanan sehingga dengan demikian mereka bisa saja tidak bisa bertahan hidup (satwa bisa mati) karena ketergantungannya kepada manusia.

Papan Larangan memberi makan pada satwa di Hutan Kota Ketapang. Foto : IST/Petrus Kanisius
Papan Larangan memberi makan pada satwa di Hutan Kota Ketapang. Foto : IST/Petrus Kanisius

Menurut Undang-undang no.18 tahun 2009 menyebutkan, istilah Animal Welfare sebagai perilaku kita terhadap hak satwa/hewan. Animal Welfare yang dimaksudkan adalah semua urusan kita yang berkaitan dengan keadaan fisik dan mental hewan menurut ukuran perilaku alami hewan yang perlu diterapkan dan ditegakkan untuk melindungi hewan dari perlakuan setiap orang yang tidak layak terhadap hewan yang dimanfaatkan manusia. Perilaku kita juga sejatinya wajib untuk menghormati hak asasi hewan.

Berharap kepada pengunjung agar tidak lagi memberi makanan kepada satwa-satwa yang tinggal dan hidup bebas di hutan alami atau pun di hutan kota sebaiknya biarkan mereka berprilaku layaknya hewan (satwa) dalam hal mencari makan. Selain juga biarkan mereka (satwa) berperilaku layaknya hewan. Yang terpenting kita menghormati hak-hak hewan salah satunya dengan tidak memberi makan kepada hewan. Mengingat, satwa-satwa tersebut sudah tersedia makanannya di hutan.

(MONGA.ID/Petrus Kanisius)

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar anda
Masukkan nama anda di sini