Menengok Migrasi Burung Pemangsa Tiba di Ketapang

1103
Burung pemangsa Elang-alap cina. Foto dok. Abdurahman Al Qadrie-KBK

MONGA.ID, KETAPANG- Sudah menjadi aktivitas tahunan, burung-burung dari belahan bumi utara bermigrasi ke selatan pada tiap musim dingin di tempat asalnya mencari iklim yang lebih hangat dan ketersediaan pakan yang melimpah. Misalnya seperti burung-burung dari Asia Bagian Utara, Siberia dan Alaska. Tidak terkecuali di Ketapang menjadi tempat persinggahan (jalur) dari burung-burung migrasi salah satunya burung pemangsa (raptor).

Seperti di Ketapang, Kalimantan Barat, burung-burung pantai biasanya datang lebih awal antara akhir bulan Juli, Agustus dan puncaknya pada bulan September. Sebelum kemudian mereka melanjutkan perjalanan menuju Australia dan Selandia Baru. Sebagian ada yang tetap tinggal menghabiskan musim dingin (wintering) sampai bulan april dan mereka kembali ke tempat asal untuk berkembang biak (breeding).

Pada Akhir Oktober, menyusul burung-burung pemangsa (Raptor)  tiba di Ketapang, Kalbar merupakan tempat persinggahan. Burung-burung pemangsa itu diantaranya seperti Elang tiram (Pandion haliaetus), Sikep-madu asia (Pernis ptilorhynchus), Elang-alap nipon (Accipiter gularis), dan biasa yang lebih awal tiba yaitu pada pertengahan Oktober, Elang-alap kawah (Falcon perigrinus) dan menjadi pertanda akan segera memasuki musim hujan. Jenis-jenis tersebut dari keluarga Accipitridae dan Falconidae yang kerap terlihat rutin setiap tahun.

“Seperti yang dilakukan oleh Kawan Burung Ketapang (KBK) tahun ini, pengamatan migrasi dilakukan pada hari Sabtu (27/10/2018) kemarin, terlihat jenis burung raptor yang selama ini belum pernah terlihat dalam pengamatan-pengamatan sebelumnya. Dalam pengamatan kemarin, ada terlihat burung Elang-alap cina (Accipiter soloensis) yang merupakan jenis yang umum melintasi Sumatera dan Jawa. Mereka berbiak dan menetap di Asa Barat laut, cina. Bermigrasi ke Asia tenggara, Filipina, Indonesia hingga Papua. Jenis ini pertama terlihat, mungkin terlewatkan pada pengamatan di tahun-tahun sebelumnya”, kata Abdurahman Al Qadrie, ketua komunitas pengamat burung Ketapang, Kawan Burung Ketapang (KBK).

Lebih lanjut, Pak Doy sapaannya sehari-hari, menerangkan; “hal ini menjadi penting, karena menambah keragaman jenis dari satwa yang ada di Ketapang, meskipun mereka hanya menghabiskan musim dingin. Karena dengan demikian mereka akan bertahan buat beberapa waktu, mengingat makanan burung ini adalah kodok, belalang dan burung-burung kecil seperti burung gereja dan bondol (pipit-sebutan setempat) yang tentu dalam populasi tertentu yang tidak terkendali, hewan kecil tersebut menjadi hama bagi pertanian.

Tentu, keberadaan burung pemangsa migrasi akan membantu mengendalikan populasi beberapa jenis hama pertanian. karena jenis-jenis burung pemangsa (raptor) yang penetap semakin kecil populasinya dan semakin jarang ditemui, misalnya saja Elang brontok (Spizautus cirrhatus) dan Elang tikus (Elanus caeruleus) yang merupakan pemangsa tikus yang sangat handal.

Selain itu juga, jenis-jenis elang merupakan satwa yang dilindungi. Tentu saja dengan pertimbangan fungsi ekologis dan semakin kecil populasinya.

“kita berharap semakin banyak orang yang menyadari arti penting dari keberadaan burung-burung tersebut bagi manusia salah satunya dengan menjaga kelestarian jenis dan habitatnya” imbuhnya lagi.

Selain 3 individu Elang-alap cina tersebut, pada saat pengamatan terlihat juga 1 individu Elang kelabu (Butastur indus) merupakan jenis elang yang berbiak (breeding) di Jepang, dan juga merupakan jenis pertama kali terlihat dalam pengamatan, ujar Doy.

Berharap burung-burung migrasi bisa lestari hingga nanti dengan syarat ada kepedulian dan perhatian dari semua untuk peduli, mengingat peran mereka (burung migrasi) sangat penting sebagai penanda perubahan musim.

MONGA.ID/Petrus Kanisius

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar anda
Masukkan nama anda di sini