Minum Air Garam di Kulit Durian Sebagai Warisan Tradisi yang Bisa Menjadi Wisata Buah di Ketapang

3697
tumpukan buah durian dan interaksi antara penjual dan pembeli. Foto dok : IST/MONGA

Banjir buah duren atau durian (Durio zibethinus) menjadi penghias indah dengan aroma khas di kota Ketapang, Kalimantan Barat, saat ini. Terlihat tumpukan demi tumpukan buah durian begitu melimpah di lapak-lapak penjual, demikian hilir mudik pembeli yang berkunjung untuk membeli. Ada hal yang unik yang ditawarkan bagi pembeli yang ingin menikmati buah durian ini dengan cara makan di tempat dan meminum air garam di kulit durian.

Ternyata, cara meminum garam di kulit durian merupakan sebuah tradisi bagi masyarakat (warisan tradisi yang sudah ada sejak lama yang ada Kabupaten Ketapang, lebih khusus saat menikmati buah berduri ini.

Konon, setelah menikmati buah durian si penikmat wajib menghirup air garam di kulit durian tersebut. Hal ini dikarenakan agar si penikmat tidak mengalami sampar buah (mengalami sakit penyakit) setelah menikmati buah. Seperti kita ketahui, buah durian  merupakan buah “panas” karena bisa menyebabkan panas dalam bahkan hipertensi (tekanan darah tinggi).

Tentu, cara meminum air garam di kulit durian ini boleh dikata tak hanya unik tetapi juga merawat tradisi leluhur yang memiliki potensi wisata buah di Ketapang ketika panen raya lebih khusus buah durian.

“Hal ini telah menjadi sebuah kebiasaan, sehingga disaat kami berjualan pun hal ini juga kami sediakan untuk menjaga pelanggan dan tradisi,” ujar penjual yang enggan disebut namanya.

Cara merawat tradisi lainnya yang tidak kalah unik adalah memakan buah secara bersama-sama. Seperti halnya yang dilakukan oleh murid-murid di Sekolah Dasar Pangudi Luhur di Natai Panjang, Kecamatan Tumbang Titi, beberapa waktu lalu. Setidaknya, cara seperti ini adalah tentang arti  dan rasa kebersamaan.

Siswa-siswi SD Pangudi Luhur Natai Panjang saat makan buah bersama. Foto dok : IST/MONGA

Sesuatu yang unik ini pun hanya diberlakukan untuk buah durian, bahkan banyak cerita rakyat lainnya yang bertajuk buah durian atau pun hantu durian dan lain sebagainya.

Berharap, warisan tradisi seperti ini bisa menjadi potensi wisata yang lestari hingga nanti. Semoga saja.

(MONGA/Dwi Za Bagastia)

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar anda
Masukkan nama anda di sini