Rumah Betang merupakan rumah adat masyarakat suku Dayak yang ada di Kalimantan. Rumah Betang ialah perwujudan dari pola hidup berkelompok masyarakat suku Dayak pada jaman dahulu. Spirit rumah Betang saat ini pun tidak bisa disangkal karena memiliki potensi yang salah satunya adalah pariwisata.
Umumnya, ketika mendengar rumah betang, orang-orang akan berpikir bahwa rumah betang hanya sebagai rumah tinggal masyarakat suku Dayak pada zaman dahulu, padahal tidak.
Rumah betang merupakan spirit dari masyarakat suku Dayak. Di sanalah budaya, adat istiadat, cerita rakyat, kerajinan dan keterampilan semua dilaksakan dan diajarkan. Seiring berjalannya waktu, masyarakat suku Dayak mulai tinggal di rumah individu, sehingga meninggalkan rumah Betang. Fakta yang ditemui hari ini ialah rumah betang sebagai tempat melakukan upacara,kegiatan adat, ataupun pertemuan saja.
Pertanyaan besar yang boleh dikaji oleh masyarakat adat ataupun pemerintah ialah, “Apakah rumah betang bisa menjadi potensi pariwisata suatu daerah?”.
Pemerintah hari ini harus bisa mengkaji mengenai pemanfaatan rumah betang ini sebagai sumber pendapatan daerah, yang dikelola dengan menanamkan nilai-nilai luhur, adat istiadat, serta budaya Dayak.
Masyarakat suku Dayak memiliki banyak keterampilan dan nilai-niai yang bisa ditunjukkan kepada dunia luar. Ketika Bali bisa terkenal dengan Tari Kecaknya, Jawa bisa terkenal dengan gamelannya, apakah Kalimantan tidak bisa terkenal dengan budaya Dayaknya?.
Masyarakat suku Dayak punya Mandau sebagai senjata khas. Proses pembuatan Mandau bisa menjadi hal yang menarik apabila dikelola dengan baik. Masyarakat suku Dayak punya alat musik yang khas. Apakah alat musik tersebut harus dibuat dan didatangkan dari luar pulau? Tentu apabila masyarakat Dayak dibekali keterampilan, maka masyarakat Dayak bisa membuat alat musik mereka sendiri. Selain itu masih banyak hal menarik mengenai suku Dayak; anyaman rotan, kain tenun, cerita rakyat, cara berburu, senjata tradisional, dan masih banyak lagi.
Apabila fungsi rumah betang dikembalikan sebagai tempat untuk berkumpul, belajar mengenai adat istiadat dan budaya, mengasah keterampilan, serta menjadi sumber ilmu dan cerita mengenai masyarakat Dayak, bukan tidak mungkin dapat menghidupkan spirit masyarakat Dayak sebagai suatu komunitas yang komunal. Selain itu, hal ini dapat mendorong potensi pariwisata yang juga menjadi pemasukan bagi daerah.
Bagaimana caranya?. Pertama masyarakat adat dan pemerintah daerah harus memiliki konsep yang jelas mengenai pemanfaatan rumah betang. Misalnya, rumah betang yang terdapat di desa A. Masyarakat desa A ialah masyarakat yang terampil dalam membuat anyaman rotan serta menenun kain. Maka rumah Betang A dikonsepkan sebagai tempat belajar serta industri anyaman dan kain tenun. Langkah berikutnya ialah pemerintah mempersiapan tenaga ahli untuk melatih dan memberikan keterampilan kepada masyarakat desa untuk menciptakan hasil karya yang maksimal.
Selain itu masyarakat setempat diberikan pelatihan mengenai pengelolaan keuangan supaya pembukuan dapat tercatat dengan rapi.
Langkah yang ketiga adalah penerapan konsep di lapangan, yakni bagaimana menata kegiatan di rumah betang. Hal ini dimaksudkan supaya kegiatan yang ada di rumah betang tertata dengan rapi. Di mana spot untuk menganyam rotan, di mana spot untuk memintal kain, spot untuk menenun, spot untuk latihan menari, dan lain-lain. Sehingga memudahkan pengunjung untuk melihat serta belajar mengenai budaya masyarakat suku Dayak.
Langkah yang keempat adalah promosi secara masif untuk mengundang turis datang ke Ketapang, untuk liburan, visitasi, ataupun belajar budaya masyarakat Dayak. Dan langkah terakhir ialah, mengontrol semua kegiatan di atas dilakukan dengan baik dan benar. apabila keempat langkah tersebut dapat dilakukan dengan benar, maka rumah betang tidak lagi hanya sebagai tempat untuk melakukan acara adat saja, tetapi lebih untuk menghidupkan spirit dari rumah betang itu sendiri, dan juga menjadi potensi pariwisata.
(MONGA.ID/Pokopong, Editor : Petrus Kanisius)