Monga.id – Ketapang, Jumat (24 November 2017) Panitia PSBD V menyelenggarakan rangkaian kegiatan perlombaan yang salah satunya lomba memasak. Tahun ini lomba memasak bertemakan masak bambu (pansoh) yang di mana bahan baku masakan diolah dan dimasak di dalam bambu. Bahan baku makanan dalam perlombaan ini semua ditanggung oleh panitia, adapun bahan bakunya sebagai berikut : Daging Babi , Ikan gabus, beras dan kayu api.
Dalam perlombaan ini utusan Dewan Adat Dayak (DAD) Simpang Dua menyabet juara satu (1). Apa yang menarik dan khas dari masakan Simpang Dua ?
DAD Simpang Dua mengolah masakan dengan menu :
- Dori Cabak Pansoh pake Daun Kedondong (Babi Masakan Khas Adat Dayak Simpang)
Masakan yang wajib ada untuk atau biasanya disajikan ketika upacara-upacara (prosesi) penting dan sakral seperti adat perkawinan dan masakan yang di sajikan khusus bagi tamu atau juga upacara adat lainnya. Kekhasan dari masakan ini bahan baku (babi) harus di masak dengan rasa asam sehingga campuran dalam masakan ini menggunakan daun alami yang mengeluarkan rasa asam biasanya daun yang digunakan seperti daun kedondong dan daun kandis.
- Ikan Belao Bojang Tempia : Ikan Gabus (Channa striata), di masak dan dicampur dengan tempoyak (olahan durian/ durio yang dipermentasi)
- Concong Bojang Robong Ansam: Tengkuyung/ Concong (Viviparidae) yang dimasak dan dicampur dengan Rebung (Dactylokladusstenostachys).(Menu tambahan inisiatif peserta sendiri yang mau menghidangkan menu yang berbeda)
- Torok Bue Tumpuh Bojang Kecipo dan Tiong Pipit: Daun singkong muda (Manihot esculenta) ditumbuk dan di campur kecipo’/kecombrang (Etlingera elatior) dan terung pipit (Solanum torvum).
Sesuai dengan aturan main dari panitia, semua masakan diolah dengan bumbu tradisional Dayak.
Mari kita bedah satu persatu menu lezat dari DAD Simpang Dua ini.
Dori Cabak Pansoh pake Daun Kedondong
Bahan Baku :
- 1 Kg Daging Babi
- 2 sdm perasan jeruk
- 1 sdm kunyit halus
- 1 sdm jhe halus
- 10 buah cabai rawit
- 2 buah serai
- 2 batang daun bawang
- 5 buah daun jeruk
- 1 genggam daun kendodng
- 1 lembar daun pandan
- 1 daun simpur
- 1 buah bambu
Cara Memasak :
- Campurkan daging dengan perasan jeruk nipis, diamkan 15 menit
- Tumbuk halus, kunyit, jahe, cabai rawit, serai, bawang merah
- Campur semua bumb, daging dan bahan lainnya.
4. Masukan dalam bambu hingga masak
Ikan Belao Bojang Tempia
Bahan Baku :
- 1 ekor ikan Belao atau Gabus
- 5 siung bawang merah
- kunyit diiris kurang lebih 2 cm
- 6 buah cabai rawit
- ¼ sdm terasi yang sudah dibakar
- 2 buah serai
Cara Memasak :
- Ikan peras engan jeruk dan garam, diamkan 15 menit.
- Ikan kembali di bersihkan dan ditiris
- Tumbuk haus semua bahan kecuali serai
4. Masukkan semua kedalam bambu, masak hingga matang.
Concong Bojang Robong Ansam
Bahan Baku :
- 50 buah tengkuyung/ concong
- 5 sdm rebung asam
- iris kunyit 1 cm
- 5 buah cabai rawit
- 2 buah cabai merah
- 6 siung bawang merah
- 2 buah serai
Cara Memasak :
- Haluskan bawang merah, cabai, kunyit dan langsung di tumis
- Masukkan tengkuyung/ concng dan masukan rebung mansam
- layukan rebung dan beri air sedikit
- koreksi rasa (garam dan kaldu jamur)
- tunggu hingga mendidih dan diangkat.
Catatan : Tengkuyung/ Concong di rebus terlebih dahulu sebelum dimasak.
Torok Bue Tumpuh Bojang Kecipo dan Tiong Pipit
Bahan Baku :
- 100 gram daun singkong muda
- 200 ml santan encer
- 100 ml santan kental
- 8 siung bawang merah
- 10 gram kecombrang
- 10 gram terung pipit
- iris kunyit 2 cm
- 1 buah lengkuas
- 1 buah serai
Cara Memasak :
- Tumbuk daun singkong muda, kecombrang, dan terong pipit
- Haluskan bawang merah, kunyit, bawang putih
- rebus santan encer dalam bambu, masukan bumbu halus, daun salam dan serai
- setelah mendidih, masukkan daun singkong dan santan kental
- tambah garam dan kaldu jamur
- masak hingga matang
Menurut koordinator Perlombaan Permainan Rakyat dan Masakan Tradisional, “Bahan masakan yang berasal dari alam secara ekonomi seperti babi harga jualnya cukup tinggi tetapi bagaimana menciptakan ide kretif untuk ekonomi kerakyatan. Ini kita bayangkan ada 20 kecamatan, setiap kecamatan masing-masing setiap kecamatan 10 peternak saja saya pikir untuk memenuhi pangsa pasar Ketapang itu bisa bahkan kurang, untuk saat ini kurang sebenarnya. Yang kedua, kenapa bambu, bambu itu sudah tradisi. Dimana-mana saat orang Dayak itu masak selalu menggunakan bambu, jadi itu yang kita angkat. Selain juga, orang Dayak tidak bisa lepas dari namanya bambu karena menyangkut kepada pelestarian bambu itu sendiri. Andai kata bambu itu habis pasti kita akan kesulitan” ujar Cornelius Wiji, saat diwawancarai Monga.id.
Lebih lanjut saat diwawancarai monga.id, apakah masakan ciri khas masakan dayak bisa bersaing di luar Kalimantan bahkan Internasional, Wiji sapaan akrabnya sehari-hari mengatakan, “Bumbu dan masakan alami bisa, pasti bisa bersaing. Salah satunya di salah satu hotel berbintang di Surabaya terdapat menu masakan ikan paten masak bambu. Masakan menggunakan tata cara bambu merupakan salah satu cara membuka wawasan kepada dunia luar bahwa memasak dalam bambu merupakan masakan tradisi dan budaya sejak dulu. Ini yang perlu diangkat, apa lagi saat ini di era milenial penuh dengan media elektronik dan media sosial sehingga dengan demikian ini bisa kita gunakan sebagai jembatan untuk sarana promosi agar bisa keluar daerah, tidak masalah untuk dipromosikan”.
Hasil dari perlomban masak tradisional dalam rangka Pentas Seni Budaya Dayak ke V Kabupaten Ketapang :
Juara 1, DAD Kecamatan Simpang Dua
Juara 2, Sanggar Lawang Tingang
Juara 3, Perkumpulan Ayukng Sekadau
Selamat kepada para pemenang lomba memasak, semoga ditahun mendatang akan lebih baik lagi. Berharap masakan tradional khas Dayak bisa mendunia.
(MONGA / Petrus Kanisius Pit & Bagas)