Desa terpencil yang jadi alternatif kunjungan wisatawan, mungkin kata itu cocok untuk dikatakan ketika kita berkunjung ke Miniatur Bali yang ada di Kalimantan.
Iya, Kampung Bali di Desa Sedahan Jaya, Kec. Sukadana, Kabupaten Kayong Utara. Itulah miniatur Bali di Kalimantan. Terlihat, hamparan sawah nan hijau, mengingatkan akan foto-foto atau siaran televisi dari Pulau Dewata, berupa sawah tadah hujan yang terlihat indah. Ada pula sawah irigasi. Keindahan lainnya semakin cantik terlihat ketika pepohonan yang menjulang dan berpadu dengan puncak-puncak Pura dan pemukiman penduduk berdiri dengan anggunnya.
Itu sebabnya, Pura di kampung itu sering dikunjungi orang saat musim libur. Tak hanya turis lokal, sesekali ikut berkunjung pula turis manca negara.
Untuk menjangkau Kampung Bali dari Ketapang bisa dijangkau dengan kendaraan roda dua atau roda empat dengan jarak tempuh 2-2,5 jam perjalanan.
Dari Kota Pontianak bisa melalui jalur udara dengan pesawat terbang atau melalui kapal cepat menyusuri Sungai Kapuas dan Sungai Pawan, untuk sampai ke Kota Ketapang, kabupaten yang sebelum pemekaran masih menyatu dengan Kayong Utara.
Bertani menjadi mata pencaharian utama warga Bali di kampung ini. Aktivitas yang sama juga dilakukan penduduk setempat sejak awal. Namun, ada yang menarik dari praktik pertanian yang diterapkan warga Bali di sini. Jika penduduk asli berladang di pegunungan, maka warga Bali lebih memilih bertanam padi di sawah.
Rata-rata petani di sini menjual beras Rp 11.000 per kilogram. Dalam setahun, petani sawah bisa dua kali panen. Sedangkan petani di perbukitan hanya satu kali panen. Hasil sawah dan berkebun cukup memadai untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari dan menyekolahkan anak mereka sampai di ke perguruan tinggi.
Di tempat ini juga, keberagaman menjadi simbol yang patut diacungi jempol. Keberagaman suku dan agama menjadi harmoni di wilayah ini. Ketika hari raya tiba, semua warga berkewajiban saling berbagi dan bersilaturahmi.
Mereka tetap setia menjalankan tradisi yang harus diterapkan dalam pertanian. Misalnya saat mulai membuka lahan pertanian, mereka ketat menerapkan pantangan pergi ke sawah pada hari ke tiga menjelang menanam.
Ini juga berlaku bagi penduduk asli, yang mereka sebut sebagai istirahat kampung dari segala aktivitas. Merunut dari cerita sejarah istirahat kampung, erat kaitannya dengan tradisi masyarakat Dayak yaitu tradisi babantan.
Babantan adalah pantangan dan larangan untuk melakukan aktivitas pada saat tertentu. Tradisi ini bertujuan agar agar kampung terbebas dari segala sakit-penyakit, sekaligus ritual membersihkan kampung halaman dari duka derita. Tradisi ini muncul dari cerita leluhur masyarakat Dayak yang pertamakali bermukim di Desa Sedahan Jaya.
Begitulah, miniatur Bali di pedalaman Kalimantan bisa sedikit menuntaskan rasa penasaran orang-orang yang belum sempat berkunjung ke Pulau Dewata. Anda ingin datang ke tempat terpencil ini? Mereka yang kini sudah beranak-pinak di tanah rantau, tentu akan menyambut Anda dengan tangan terbuka.
Catatan : Tulisan ini sebelumnya pernah dimuat di Pos Bali
(MONGA/Petrus Kanisius)