MONGA.ID, KETAPANG – Persentase kelulusan SMA Pangudi Luhur Santo Yohanes tahun ini meningkat dibanding tahun lalu, tutur Ibu Kasih Wiyati selaku waka kurikulum sekolah ketika ditemui monga.id, hari Kamis pagi (3/5/2018), di Sekolah.
Adapun tahun ajaran 2017-2018, peserta ujiannya yang mengikuti ujian adalah 339 orang. Mereka terdiri 71 orang dari program IPA dan 268 orang dari program IPS, ujar ibu guru yang biasa disapa Kasih tersebut.
Sedangkan untuk soal-soal yang diujikan tahun ini pun sesuai dengan kisi- kisi setiap mata pelajaran yang mengacu pada Standar kompetensi lulusan yg ditetapkan pemerintah.
Untuk tingkat kesulitannya, kami tidak tahu karena sistem ujian berbasis komputer tidak memungkinkan kami melihat atau mengetahui soal soalnya, mungkin tanyakan di siswa, ujarnya lagi.
Tahun ini, menurut Ibu Kasih, adapun bidang studi yang diujikan ada tiga mata pelajaran wajib yaitu: Bidang Studi Indonesia, Bahasa Inggris dan Matematika. Selanjutnya juga ditambah satu mata pelajaran pilihan program. Siswa IPA bisa memilih Biologi, Fisika atau Kimia, sedangkan program IPS bisa memilih bidang studi Ekonomi, Sosiologi atau Geografi, ujarnya lagi
Agar bisa Lulus di SMA PL. Santo Yohanes, Siswa-siswi harus memiliki standar nilai rata-rata yaitu nilai raport dari semester pertama hingga semester enam, ditambah dengan US/USBN dengan bobot 50% :50% . Nilai Akhir Sekolah minimal harus sama atau lebih besar dari KKM sekolah, yaitu 75. Selain itu, Budi Pekerti, Akhlak Mulia dan kehadiran siswa juga menentukan kelulusan. pangkas guru yang sehati-hari mengampu bidang studi mata pelajaran bahasa inggris tersebut.
Seperti ditanyakan terkait persentase kelulusan, SMA St Yohanes tahun ini meningkat dibanding tahun lalu.
Ibu Kasih berpesan dan berharap bagi siswa-siswa yang sudah lulus, semoga mereka semua bisa melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di Universitas, Akademi atau Sekolah Tinggi, dan nanti kembali untuk memajukan daerah Ketapang. Sumber Daya Manusia SDM) yang berkualitas akan menentukan masa depan daerah.
Bagi yang tidak kuliah, kami juga berharap dan berpesan agar mendapatkan pekerjaan atau menciptakan lapangan kerja sendiri karena di sekolah juga dibekali pengetahuan dan keterampilan tentang kewirausahaan. Jadi tidak perlu berkecil hati karena tidak bisa kuliah, ujar Ibu Kasih.
(MONGA/Dwi Za Bagastia, Editor: Petrus Kanisius)