Lestarikan Lingkungan Sekaligus Tingkatkan Pendapatan dengan Cara Agrosilvopastura

548
Tanaman Gamal memiliki manfaat diantaranya sebagai pengikat Nitrogen dan pakan ternak kambing. (Foto : ISTIMEWA/ Robi Kasianus/MONGA.ID).

Sejatinya kita menyadari bahwa saat ini ketersediaan lahan pertanian dan area berhutan semakin sedikit. Hal tersebut seharusnya menuntut kita agar lebih kreatif dalam hal pengelolaan lahan. Namun sangat disayangkan ternyata masih banyak yang belum dapat mengelola lahan secara optimal padahal dalam pertanian terdapat beberapa sistem yang dapat kita terapkan. Masing-masing sistem tentukan sesuai dengan tujuannya. Salah satu sistem tersebut adalah Agrosilvopastura. Istilah agrosilvopastura sudah sering didengar oleh banyak orang namun tidak banyak orang memahami sistem pengelolaan lahan tersebut. Agrosilvopastura merupakan sebuah sistem pengelolaan suatu lahan dengan cara mengkombinasikan komponen pertanian, kehutanan dan peternakan. Sistem ini bertujuan untuk memperoleh nilai ekonomi dan menjaga kelestarian lingkungan.

Pemanasan global saat ini menjadi isu yang semakin hangat mengingat tingginya  intensitas kegiatan manusia diberbagai sektor. Pertanian merupakan salah satu sektor penyumbang emisi gas rumah kaca di bumi akibat pengelolaan lahan yang kurang memperhatikan aspek lingkungan. Oleh sebab itu suatu sistem pertanian terpadu penting dilakukan dalam upaya mitigasi emisi gas rumah kaca. Kontribusi masyarakat yang berkecimpung dibidang pertanian dalam hal memerangi perubahan iklim sangat diperlukan melalui penerapan sistem pengelolaan lahan yang tepat.  

Sistem pengelolaan lahan yang dapat dijadikan contoh berupa agrosilvopastura yang memadukan komponen pertanian (tanaman lada), kehutanan (gamal dan sengon), dan peternakan (kambing). Kombinasi komponen tersebut sesungguhnya sudah kerap dilakukan oleh masyarakat di Kalimantan Barat bagian Utara khususnya di Kabupaten Bengkayang dan Sambas. Melalui sistem tersebut, kebutuhan masyarakat dapat terpenuhi mengingat pendapatan yang diperoleh bukan hanya dari penjuaan biji lada melainkan dari penjualan ternak kambing dan pupuk organik. Penjelasan terkait komponen yang dikombinasikan dalam sistem tersebut dapat disimak dalam pemaparan berikut.

Lada (Piper nigrum)

Tanaman lada yang menjadi salah satu komoditas unggul di Kalimantan Barat ini sangat mirip dengan tumbuhan sirih. (Foto : Istimewa/Robi Kasianus/MONGA.ID)

Lada (Piper nigrum) atau yang pada umumnya dikenal dengan sebutan sahang merupakan tanaman pertanian yang tumbuh merambat. Lada sangat cocok tumbuh di dataran rendah. Tanaman yang menjadi salah satu komoditas unggul di Kalimantan Barat ini sangat mirip dengan tumbuhan sirih. Setelah ditelusuri ternyata kedua tanaman merambat ini berasal dari genus yang sama yaitu Piper. Pada dasarnya lada tumbuh merambat di atas permukaan tanah maupun pohon. Namun dalam praktik pertanian lada ditanam dengan menggunakan tajar (tiang rambat) untuk menopang pertumbuhan. Tajar untuk lada sendiri terdiri dari tajar mati dan tajar hidup. Tajar mati biasaya dibuat dari potongan kayu yang kuat dan mampu bertahan lama contohnya kayu dari pohon ulin (Eusideroxylon zwageri). Sedangkan tajar hidup umumnya menggunakan tumbuhan gamal (Gliricidia sepium) dan simpur (Dillenia sp).

Tanaman lada dapat memproduksi buah ketika berumur 2,5 hingga 3 tahun setelah masa tanam dimana masa panen raya pada umumnya satu kali dalam satu tahun. Tanaman merambat tersebut dapat memproduksi lada putih ± 1,5 Kg per tanaman. Umur tanaman lada produktif dapat mencapai 10 hingga 15 tahun tergantung perawatan. Pemasaran produk tanaman lada berupa lada putih dan hitam terbilang cukup mudah mengingat hingga sekarang produk tersebut masih sangat diburu oleh para tengkulak/pembeli. Saat ini harga biji lada putih berkisar antara Rp. 70.000 – Rp. 80.000 per Kg. sedangkan lada hitam berkisar Rp. 35.000 – Rp. 40.000.

Gamal (Gliricidia sepium)

Gamal (Gliricidia sepium) merupakan tumbuhan leguminosa yang memiliki kemampuan menambat nitrogen. Tumbuhan ini sangat mudah tumbuh di daerah tropis bahkan pada tanah yang kekurangan unsur hara. Pada beberapa daerah, gamal dimanfaatkan sebagai tajar (tiang) tanaman lada. Selanjutnya, tumbuhan leguminosa ini juga bermanfaat sebagai pakan ternak ruminansia (kambing). Lebih jauh lagi gamal memiliki peran yang cukup penting bagi pertumbuhan tanaman lada mengingat tumbuhan dari famili Fabaceae ini merupakan pengikat nitrogen yang baik. Pada saat musim kering, gamal dapat menjadi sumber air bagi tanaman lada.

Sengon (Albizia sp)

Tanaman sengon sebagai naungan bagi tanaman lada. (Foto : IST/Robi Kasianus/MONGA.ID)

Tanaman kehutanan ini tergolong kedalam famili Fabaceae. Sengon termasuk jenis yang bersifat cepat tumbuh (fast growing). Dalam praktik pertanian, sengon sering dijadikan sebagai tanaman kehutanan yang dikombinasikan dengan tanaman lada. Tujuan penanaman sengon yakni sebagai naungan bagi tanaman lada. Daun sengon yang gugur mampu menekan laju pertumbuhan gulma. Cabang dan ranting pohon yang jatuh di atas permukaan tanah dapat dimanfaatkan sebagai kayu bakar. Selain itu, Munawar & Wiryono (2014) menyebutkan bahwa pohon sengon berumur empat tahun yang ditanam pada lahan pasca tambang mampu menyimpan 10,35 Kg C/pohon. Artinya tanaman sengon memiliki andil dalam hal mitigasi emisi gas rumah kaca. Selain mampu penyerap dan penyimpan karbon, sengon juga memiliki manfaat tidak langsung lainnya yaitu sebagai penghasil oksigen yang merupakan hasil dari proses fotosintesis. Lebih lanjut lagi, tanaman leguminosa ini mampu bersimbiosis dengan bakteri penambat nitrogen. Nitrogen yang dihasilkan dari simbiosis tersebut selanjutnya akan ditransfer ke tanaman lada untuk menunjang pertumbuhan vegetatif.

Kambing

Daun gamal menjadi salah satu makanan dari kambing. (Foto : Istimewa/Robi Kasianus/MONGA.ID)

Kambing adalah hewan ternak yang tergolong herbivora. Lazimnya hewan ini sangat suka memakan berbagai jenis tumbuhan tak terkecuali tumbuhan gamal. Tumbuhan leguminosa tersebut mengandung protein yang tentunya bermanfaat bagi tubuh hewan ternak. Jika diamati, kambing cenderung lebih suka memakan bagian kulit dan daun muda dari tumbuhan tersebut. Selanjutnya, daun gamal yang dikonsumsi oleh kambing dapat dimanfaatkan sebagai pupuk organik berupa kotoran atau feses yang telah bercampur urin. Pupuk organik tersebut nantinya dapat diaplikasikan secara langsung ke tanaman lada sebagai nutrisi untuk menunjang pertumbuhan. Pupuk organik berperan penting dalam hal memperbaiki struktur tanah. Disisi lain, hewan pemamah ini memliliki nilai ekonomi mengingat kebutuhan akan daging hewan dikalangan masyarakat cukup tinggi. Saat ini hewan ternak tersebut memiliki harga jual dalam kondisi hidup sekitar Rp 60.000 – Rp 80.000 per Kg. Hal tersebut tentunya akan menjadi dorongan tersendiri bagi masyarakat untuk terus berternak kambing dengan memanfaatkan ketersediaan pakan yang terjangkau.

Penerapan sistem agrosilvopastura sangat efektif pada lahan pertanian. Pengelolaan suatu lahan secara tepat dapat memberikan manfaat secara ekonomis maupun ekologis. Komoditas yang dibudidayakan harus ditentukan berdasarkan kebutuhan. Dampak lingkungan dari suatu kegiatan pengelolaan lahan menjadi aspek penting sehingga suatu sistem yang diterapkan juga perlu memperhatikan aspek ekologis. Oleh sebab itu, mari menjaga kelestarian lingkungan dengan cara menerapkan sistem pengelolaan lahan yang bermanfaat bagi kita dan lingkungan sekitar.

Penulis : Robi Kasianus-Yayasan Palung

(MONGA.ID)

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar anda
Masukkan nama anda di sini