PENTINGNYA KEBERADAAN ORANGUTAN UNTUK REGENARASI HUTAN

606
Foto Orangutan. Foto : Istimewa/Erik Sulidra

Orangutan termasuk ke dalam keluarga kera besar atau disebut sebagai bagian dari Hominidae.  Penelitian tentang divergensi genetik menunjukan kekerabatan (phylogenetic)  orangutan 97% mirip dengan manusia (Locke et al., 201). Terlepas dari adanya kemiripan tersebut, terdapat perbedaan yang membantu kita memahami hubungan antara orangutan dan manusia. Orangutan memiliki persebaran yang luas terkhusus di Asia Tenggara termasuk Kalimantan Barat untuk jenis dengan nama ilmiah Pongo pymaeus (Ancrenaz et al., 2016). Secara spesifik terbagi menjadi dua subspesies yaitu Pongo pygmaeus ssp. pymaeus dan Pongo pygmaeus ssp. wrumbii . Masyarakat lokal di Kalimantan akrab mengenal dengan berbagai nama diantaranya mayas dan untek (Ancrenaz et al., 2016a, 2016b). Keberadaan orangutan di Kalimantan bahkan diabadikan sebagai nama Bukit (Bt. Mayas). Berdasarkan IUCN (2016) status Pongo pygmaeus terancam kritis (Critically Endangered: CR).

Orangutan merupakan satwa dengan makanan utama buah-buahan (frugivora). Mereka memiliki hubungan yang sangat penting dengan kelestarian hutan. Istilah penebar biji (seed-dispersing effect) tidak diragukan lagi melekat pada satwa berbulu merah kecoklatan ini, bahwa orangutan berperan penting dalam menjaga kelestarian jenis tumbuhan hutan. Efek yang berkebalikan juga berlaku yaitu proses memenuhi kebutuhan nutrisi harian orangutan juga bergantung pada hutan. Kesinambungan antara orangutan dan hutan memang tidak dapat dipisahkan. Keseharian orangutan tidak lepas dari menganyam sarang untuk tempat berteduh dan istrihat. Jenis pohon yang dijadikan sebagai tempat untuk menganyam sarang sangat bervariasi, seringkali ditemukan pada pohon yang memiliki elastisitas tinggi dan kokoh, contohnya ulin atau belian (Eusideroxylon zwageri ), Meranti (Shorea; Shorea dasyphylla, Shorea leprosula) dan Kumpang (Myristicaceae). Masalah yang terjadi adalah diantara pohon tersebut memiliki nilai komersial terkait potensi kayu yang kokoh dan berkualitas.

Beberapa jenis yang dapat ditemukan di gambut dan sering menjadi target illegal logging untuk diambil kayunya yaitu nyatoh (Palaquium spp.) dan meranti (Shorea platycarpa). Jenis tersebut juga merupakan pohon yang buahnya dikonsumsi oleh orangutan. Selain itu pohon penyusun hutan yang hilang dapat menyebabkan terancamnya populasi berbagai liana dan tumbuhan epifit yang sering ditemukan di batang dan tajuk pohon. Berbagai dampak negatif seperti hilangnya ekosistem tertentu dapat terjadi dan mengakibatkan ketidakstabilan lingkungan. Sebagai contoh, regenerasi gambut dapat terganggu, berdampak pada minimnya resapan, sehingga berpotensi menimbulkan banjir. Hutan beserta isinya menyediakan berbagai hasil alam yang dapat dinikmati umat manusia. Beberapa contoh yang paling dekat dengan kita adalah oksigen untuk bernafas, air bersih dengan tingkat keasaman yang aman untuk diminum, mencuci serta berbagai kegiatan di kehidupan sehari-hari. Berbagai aspek yang saling terkait tersebut menjadi alasan petingnya menjaga orangutan dan hutan itu sendiri.

Beberapa usaha yang bisa dilakukan untuk menjaga habitat orangutan antara lain restorasi habitat, yaitu penanaman bibit pohon secara insitu, kemudian tidak melakukan illegal logging, serta penyadartahuan  masyarakat terkait fungsi hutan, menumbuhkan kecintaan akan alam sekitar sedari dini. Menjaga dan melestarikan habitat orangutan berarti secara tidak langsung kita telah terlibat dalam menjaga kelangsungan kehidupan di bumi.

Penulis : Gunawan Wibisono- Ahli Botani dan  Koordinator Survei Yayasan Palung

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar anda
Masukkan nama anda di sini