Sudah hampir sebulan lebih kemarau terjadi, kita semua pun dihadapkan dengan berbagai kerentan terjadinya kebakaran dan asap karena kebakaran hutan atau pun lahan. Seperti misalnya saat ini, kebakaran hutan dan lahan benar-benar terjadi. Seperti misalnya di beberapa wilayah di Kabupten di Kalimantan Barat, kebakaran hutan dan lahan telah terjadi.
Berdasarkan pantauan dari BMKG pada 7 Agustus 2019 kemarin, terpantau ada 175 titik api di Kalimantan Barat. Adapun sebaran titik api yang paling banyak terpantau adalah di Kabupaten Ketapang 34 titik.
Terjadinya kebakaran hutan dan lahan tentunya juga akan menjadi ancaman bahaya kebakaran dan asap.
Musim kemarau, kita dan ancaman kebakaran dan asap bisa terlihat dengan apa yang terjadi. Mulai sulit air bersih, sejuk yang tak biasa (sejuk menusuk/dingin sekali). Belum lagi terkait dengan dampak dari karhutla (kebakaran hutan dan lahan) sedikit banyak berpengaruh kepada ragam ekosistem hutan dan segala isinya. Selain juga, dampak lainnya seperti jarak pandang terbatas yang pasti berbahaya bagi aktivitas sehari-hari manusia. Banyak cara yang sejatinya bisa dilakukan agar kehidupan sehari-hari tidak terkena dampak karhutla, tidak terkecuali anak-anak sekolah dan aktivitas ekonomi sosial dan budaya masyarakat.
Dikhawatirkan, jika hutan terus terbakar maka akan berakibat pada ekosistem dan aktivitas sehari-hari masyarakat.
Menjadi penting untuk diingat, jika hutan dan lahan terus menerus terjadi maka akan berdampak baik langsung atau pun tak langsung bagi sendi-sendi kehidupan masyarakat.
Lihat ini : https://www.instagram.com/p/Bm3IUVdnunw/?utm_source=ig_embed
Direktur Program Yayasan Palung Victoria Gehrke, mengatakan, “Apabila Kebakaran hutan terjadi maka akan menghancurkan bukan hanya hutan hujan dan habitat satwa liar yang berada di dalam kawasan (habitat) dan bisa menggusur spesies langka seperti orangutan yang sangat dilindungi, selain itu juga bisa membakar tanaman, hutan lindung, plot agroforestri, lahan yang direhabilitasi, lahan gambut, rumah-rumah penduduk dan banyak lagi”.
Lebih lanjut, Victoria sapaan akrabnya mengatakan, Kabut asap dan polusi dari api juga bisa berdampak bagi kesehatan manusia dan pengaruhnya bisa berdampak terhadap ekonomi. Selain itu, masa depan bentang alam (landscape) di kawasan habitat satwa liar seperti di kawasan Hutan Desa yang dilindungi, dan lahan pertanian bisa saja terancam bahkan terbakar. Kami berjuang untuk melindungi hutan dan kami membutuhkan bantuan semua orang. Berharap kita semua bisa melindungi hutan kita di bentang alam kawasan Gunung Palung.
Kebakaran hutan dan lahan berskala besar sejati tidak seharusnya terjadi, apa lagi di wilayah konsesi. Perlu peran semua pihak untuk mengatasi persoalan ini. Perlu kebijaksanaan, jika harus membuka lahan untuk perladangan, perlu kearifan lokal saat proses membakar lahan. Kewaspadaan akan bahaya kebakaran sudah menjadi keharusan untuk dilakukan selagi bisa dikendalikan. Jangan sampai terjadi seperti tahun 2015 silam.
Anjuran kepada semua masyarakat untuk tidak membakar lahan sembarangan pada saat musim kemarau. Dengan harapan tidak menimbulkan titik api/ kebakaran hutan dan lahan.
Sudah seharusnya hutan menjadi perlu untuk diperhatikan oleh semua pihak. siapa pun itu. Bukankah hutan merupakan satu diantara elemen yang tepenting pada tatanan kehidupan. Jika ia (hutan) ingin lestari, jagalah dan rawalah ia. Tak hanya itu, semua nafas kehidupan/makhluk hidup pun sangat tergantung kepada nasib keberlanjutan hutan. Apabila ia (hutan) bisa berlanjut, maka ragam nafas pun bisa berlanjut. Dengan demikian, hutan pun akan menjaga, melindungi dan memberi berjuta sumber hidup bagi semua makhluk hidup, tidak terkecuali kita manusia. Semoga kebakaran hutan dan lahan yang terjadi tidak berlanjut dan berharap hutan yang tersisa ini bisa terus berlanjut hingga nanti dengan harapan semua makhluk hidup bisa riang gembira.
(MONGA.ID/Petrus Kanisius)