MONGA.ID, KETAPANG-Jika boleh dikata, menanak makanan di dalam bambu merupakan salah satu tradisi nenek moyang yang sudah ada sejak dulu, dan saat ini pun masih ada di Tanah Kayong (Sebutan untuk masyarakat di Ketapang dan Kayong Utara), Kalimantan Barat.
Masakan dengan menggunakan media bambu tidak sedikit digunakan oleh masyarakat di kampung dan perkotaan, mengingat tradisi ini sudah ada dan secara turun temurun. Bambu (buluh) muda, masyarakat Simpang menyebutnya tonok. Tonok lebih sering dipakai sebagai media (wadah) oleh masyarakat untuk menanak lemang/ketan ketika ada upacara adat seperti acara pernikahan dan acara lainnya. Saat ini, menanak makanan dengan menggunakan seruas bambu sudah biasa digunakan oleh siapa saja. Mungkin karena kepraktisannya maka menanak makanan dengan media bambu yang masih mudah dapat dan tidak ribet.
Tidak hanya lemang. Ikan, daging dan sayur pun bisa dimasak dengan menggunakan media bambu. Di kampung memasak ikan atau sayur dengan media bambu dikenal dengan istilah Pansuh. Cara tradisional yang memberi rasa tidak kalah enaknya dengan masakan berkelas lainnya.
Jika tidak membawa perlengkapan masak ketika berada di hutan maka bambu bisa menjadi pilihan yang praktis yang bisa digunakan untuk memasak atau menanak nasi dan sayur.
Menanak masakan di media bambu setidaknya menjadi salah satu cara alami yang mungkin sangat baik karena tidak memerlukan banyak bumbu dan pasti enak.
Tradisi menanak makanan dengan media bambu muda (tonok) seperti ini pun tidak jarang semakin digemari oleh anak muda apa lagi ketika mereka berada di tanah rantau ataupun sekedar rindu dengan masakan dari kampung halaman, maka mereka menanak masakan menggunakan media bambu.
Dua hal yang menarik dari masakan menggunakan media bambu adalah merawat tradisi dan masakan yang alami. Berharap tradisi menanak makanan dengan media bambu bisa lestari hingga nanti.
(MONGA/PETRUS KANISIUS)