Setiap tanggal 13 Februari diperingati sebagai Hari Burung Rangkong atau Enggang (Love Hornbill’s Day).
Burung rangkong atau dikenal juga dengan nama enggang. Burung Rangkong merupakan burung yang setia dengan pasangannya sampai akhir hayatnya.
Burung Rangkong juga mendapat julukan sebagai petani hutan.
Apa jadinya apabila si petani hutan ini tidak ada di wilayah hutan tropis? Tidak hanya sebagai petani, namun ia melakukan pekerjaannya dengan ketulusan, tanpa paksaan dan tanpa pamrih.
Hidup ditakdirkan sebagai petani, mungkin itu kata yang boleh disematkan kepada si petani ini. Berpuluh-puluh kilometer si petani ini menyebar biji-bijian/buah-buah hutan (sebagai petani hutan) dilakukan saban hari.
Tanpa pamrih mungkin itu hakikinya burung rangkong atau enggang, bukan tidak mungkin motivasi mereka menyebar biji-bijian sebagai tanda nyata akan keberlanjutan nafas hidup mereka. Sebab, biji-bijian akan tumbuh, meninggi dan berbuah. Batang pohon sebagai rumah melalui dawak (lubang-lubang di pohon) dan buah sebagai makanan mereka.
Tugas mulia tanpa pamrih yang dilakukan si petani hutan (enggang) ini sesungguhnya sulit dan berbahaya.
Tak terbayangkan, ketika hutan-hutan luput dan tidak disemai oleh si petani ini.
Dari tahun ke tahun habitat dan populasi enggang si petani hutan pun semakin menurun/berkurang drastis keberadaannya seperti di wilayah Kalimantan, Sulawesi, Papua, dan Sumba.
Di Indonesia ada 13 Jenis burung rangkong : Enggang Jambul, Enggang Papan, Rangkong Gading, Engang Cula, Enggang Klihingan, Kangkareng Hitam, Kangkareng Perut Putih, Julang Jambul Hitam, Kengkareng Sulawesi, Julang Sulawesi, Julang Emas dan Julang Irian.
Bayangkan jika tak ada petani hutan ini, mungkin makhluk lainnya tak sanggup menyemai hingga beribu bahkan berjuta hektar hutan. Berharap si petani hutan bisa lestari dan makhluk pun bisa berlanjut hingga nanti. Selamat Hari Burung Rangkong!!!…
Sumber Tulisan : Diolah dari berbagai sumber
(MONGA.ID/Pit)