Sampaikan Presentasi Metode Penelitian Baru Pada Konferensi Internasional di UNAS

1136
Beberapa rekan para peneliti dan Direktur penelitian juga hadir pada saat konferensi. Foto IST. Foto dok : Yayasan Palung/GPOCP/MONGA.ID

Pada 21 Oktober 2019 kemarin, saya berkesempatan menghadiri konferensi internasional di Universitas Nasional (UNAS) Jakarta. Konferensi yang bertajuk “INTERNATIONAL CONFERENCE ON BIODIVERSITY FOR LIFE: SUSTAINABLE DEVELOMPMENT OF INDONESIA BIODIVERSITY” dengan tujuan membawakan presentasi sebagai pengenalan metode penelitian baru kami di Stasiun Riset Cabang Panti tentang suhu tubuh orangutan, presentasi yang saya bawakan berjudul “Fecal Temprature of Wild and Captive Bornean Orangutans As a Proxy For Body Temprature”

Penting halnya memantau kesehatan orangutan di alam liar untuk kita lebih jauh memahami bagaimana cara mereka bertahan hidup dialam liar, nah bagaimana caranya?, yaitu salah satunya dengan cara memantau kesehatan tubuh orangutan melalui suhu tubuhnya sebagai indikator kesehatan tubuh pada orangutan. Hal ini dikarenakan orangutan sebagai primata yang “homeothermic” atau dapat menghasilkan panas tubuhnya sendiri sebagai adaptasi terhadap lingkungannya di alam liar .

Orangutan sebagai hewan yang arboreal cenderung cukup sulit untuk mengambil suhu tubuh nya secara langsung, hal ini membuat kami menggunakan cara lainya untuk mengukur suhu tubuhnya yaitu dengan mengukur suhu feses orangutan sebagai proksi estimasi suhu tubuh.

Beberapa rekan para peneliti dan Direktur penelitian juga hadir pada saat konferensi. Foto IST. dok : Yayasan Palung/GPOCP/MONGA.ID

Tidak hanya sendiri, saya juga ditemani beberapa rekan para peneliti dan Direktur penelitian juga hadir pada saat itu, sebut saja ada Agus Trianto, Ahmad Rizal, Amy Scott, Andrea Blackburn, Endro Setiawan (rekan staf TNGP yang melanjutkan studi pascasarjana di UNAS), hadir pula Wahyu Susanto, selaku Direktur Penelitian GPOP dan OFP.

Saya mempresentasikan metode baru mengenai pengukuruan suhu tubuh orangutan melalui media feses tersebut secara detil tentang bagaimana itu berkerja dan hasil sementara yang kami dapatkan dari tahun 2017 sampai sekarang. Banyak respon positif yang saya dapatkan setelah presentasi saya usai, salah satunya adalah pertanyaan yang dilontarkan oleh salah satu peserta konferensi yang berasal dari UNAS yaitu “apakah kebakaran hutan dan lahan mempengaruhi suhu tubuh orangutan dialam liar?” dan saya jawab dengan memuaskan.

Sebelumnya ada beberapa pakar-pakar sains, para profesor-frofesor yang ahli dibidangnya memmerikan presentasi, salah satunya adalah bapak Prof.Dr.Dedy Darnaedi sebagai keynote dari lembaga LIPI yang membawakan presentasi bertajuk “Diversity and the beauty of tropical fern: A new paradigm in managing Indonesian Biodiversity” yang secara khusus waktu itu menjelaskan tentang tumbuhan pakis Asplenium nidus atau yang biasa dikenal dengan nama lokal pakis bakah, tentang pesebaran dan manfaatnya. Dan masih banyak lagi presenter-presenter hebat lainnya.

Konferensi yang dimulai dari pukul 08.30 – 18.00 WIB tersebut, berjalan sesuai rencana dan mendapat sambutan baik, tak lupa foto bersama dengan para peserta lainnya yang hadir pada hari itu. Harapan saya adalah suatu saat saya akan menjadi bagian dari para pakar-pakar sains yang memberikan presentasi super hebat pada hari ini. Terima kasih.

Penulis : Muhammad Syainullah -Yayasan Palung (GPOCP)

 

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar anda
Masukkan nama anda di sini