MONGA.ID-KAYONG UTARA, Hutan Desa (HD) merupakan hutan yang telah diberikan hak pengelolaannya kepada masyarakat yang bertujuan untuk kelestarian hutan dan kesejahteraan masyarakat disekitarnya. Hutan desa memiliki peran penting dalam upaya mendukung kelestarian keanekaragaman hayati termasuk kelangsungan hidup berbagai jenis satwa liar didalamnya. Dalam upaya pengelolaan hutan desa, kami rutin melakukan survei mengenai populasi orangutan dan kualitas habitat orangutan setiap tahunnya.
Pada tahun 2021, kami melakukan survei kualitas habitat orangutan di 6 hutan desa binaan Yayasan Palung. Tepatnya di lansekap hutan lindung gambut Sungai Paduan (hutan desa Padu Banjar, Nipah Kuning, Pemangkat, Pulau Kumbang) dan di lansekap hutan produksi Sungai Purang (hutan desa Penjalaan dan Rantau Panjang). Secara administrasi hutan desa ini berada di kecamatan Simpang Hilir, Kabupaten Kayong Utara. Metode yang kami gunakan dalam survei ini adalah metode jalur berpetak. Peletakan jalur dibuat secara sengaja (purpossive). Sampling dibuat sebanyak 16 jalur dengan panjang masing-masing 1000 meter dan didalamnya terdapat total 64 plot berukuran 10 × 100 meter. Setiap jalur dibagi menjadi 4 plot dengan interval antar plot sepanjang 200 meter. Kami mendata semua jenis pohon berukuran diameter 10 cm keatas, memberi tagging pada pohon karena ini merupakan plot permanen yang akan di monitoring setiap tahunnya.
Andre sedang mencatat data lapangan. Foto : Istimewa/Andre Team survei saat memasang tagging pohon. Foto : Istimewa/Andre
Habitat pada lokasi survei umumnya berupa habitat hutan rawa gambut sekunder. Berdasarkan hasil survei, terdata 102 jenis pohon di lansekap HLG Sungai Paduan sedangkan di lansekap HP Sungai Purang terdata 94 jenis pohon. Indeks nilai penting (INP) tertinggi pada lansekap HLG Sungai Paduan adalah medang (Litsea gracilipes) dengan INP sebesar 30,82 %, diikuti mempening (Lithocarpus bancanus) dengan INP 22,23 % dan bedaru (Stemonurus secundiflorus) dengan INP 15,96 %. Sedangkan Indeks nilai penting (INP) tertinggi pada lansekap HP Sungai Purang adalah medang (Alseodaphne bancana) dengan INP sebesar 23,51 %, diikuti medang semat (Litsea angulata) dengan INP 17,47 % dan ensibar (Elaeocarpus mastersii) dengan INP 15,96 %.
Tumbuhan dengan nilai INP yang tinggi artinya memiliki daya adaptasi, kompetisi dan kemampuan reproduksi yang lebih baik dibandingan tumbuhan lainnya, sebaliknya tumbuhan dengan nilai INP yang rendah bahkan berpotensi untuk hilang dari ekosistem karena jumlahnya yang sedikit. Jenis-jenis pohon pada kedua lansekap umumnya sudah mengalami gangguan karena jenis dominan khas hutan rawa gambut seperti ramin (Gonystylus bancanus), jelutung (Dyera costulata), punak (Tetramerista glabra), nyatoh (Palaquium spp), meranti (Shorea spp) tidak dominan jika dilihat dari hasil perhitungan INP.
Indeks keanekaragaman jenis (H’) pada kedua lansekap berkisar 3,64-3,89 (artinya keanekaragaman jenisnya tinggi). Indeks keseragaman jenis (E) pada kedua lansekap berkisar 0,79-0,86 (artinya sebaran individu pada setiap jenisnya relatif sama/ merata). Indeks kekayaan jenis (R) pada kedua lansekap berkisar antara 14,01-14,45 (artinya kekayaan jenisnya tinggi). Kemudian indeks dominansi jenis (C) pada kedua lansekap sama yaitu 0,03 (artinya tidak ada jenis yang mendominasi).
Pesentase pohon pakan orangutan pada kedua lansekap berkisar 76,08-76,27% (artinya habitat tersebut ideal bagi orangutan). Habitat yang ideal bagi orangutan adalah hutan yang memiliki pohon pakan orangutan 60-80%, pohon penghasil buah-buahan sekitar 80-90% dan pohon dengan musim buah berbeda serta berbuah sepanjang tahun 30-40 %. Beberapa jenis pohon pakan orangutan yang dominan pada lansekap HLG Sungai Paduan diantaranya adalah medang (Litsea gracilipes) dengan kerapatan 44,17 pohon/ha, mempening (Lithocarpus bancanus) 37,71 pohon/ha dan nyatoh (Palaquium cochleariifolium) 14,58 pohon/ha. Sedangkan pada lansekap HP Sungai Purang jenis pakan Orangutan dominan diantaranya adalah medang (Litsea angulata) dengan kerapatan 30,63 pohon/ha, ensibar (Elaeocarpus mastersii) 23,75 pohon/ha, jungkang (Palaquium leiocarpum) 16,88 pohon/ha. Selain itu ditemukan pula jenis-jenis Ficus yang merupakan pakan favorite orangutan, diantaranya adalah Ficus sundaica, Ficus calophylla, Ficus stupenda dan Ficus variegata.
Penyebaran suatu komunitas orangutan sangat dipengaruhi oleh kondisi habitat terutama produktifitas pohon pakannya. Secara umum berdasarkan hasil analisis, kualitas habitat orangutan pada kedua lansekap relatif sama. Kedua lansekap masih cukup baik untuk mendukung kehidupan orangutan didalamnya karena memiliki ketersediaan pohon pakan orangutan. Namun ditemukan pula gangguan seperti illegal logging dan area bekas terbakar sehingga menyebabkan banyak celah hutan (canopy gap). Gangguan ini juga dapat memicu interaksi negatif orangutan dan manusia di sekitar hutan.
Penulis : Andre Ronaldo, Botanis Yayasan Palung