Saturday, December 14, 2024
BerandaBERITA & ARTIKELSeni dan BudayaGelang Simpai : Kerajinan Lokal Masyarakat Dayak

Gelang Simpai : Kerajinan Lokal Masyarakat Dayak

Monga.id, Ketapang – Kerajinan sudah menjadi sebuah budaya bagi masyarakat Indonesia. Kebiasaan-kebiasaan yang turun menurun dengan hasil karya yang luar biasa seperti baju adat, senjata tradisional dan lain sebagainya. Kalimantan pulau yang didominasi oleh suku Dayak dengan hasil alam yang sangat berlimpah ruah menjadikan keunikan hasil karya yang dimiliki masyarakat Dayak. Pemanfaatan hasil alam bukan kayu menjadi hal yang manis untuk digunakan dan tak lekang oleh waktu, bahkan di era milenial saat ini masih dan bahkan semakin banyak peminat hasil karya ini. Gelang Simpai itulah yang biasa dicari wisatawan lokal maupun mancanegara jika berkunjung ke Kabupaten Ketapang. Gelang yang terbuat dari resam atau paku Andam (Dicranopteris linearis syn. Gleichenia linearis ) dengan sistem pengolahan tradisional sehingga bisa menjadi sebuah karya yang terwujud dengan anyaman berbentuk gelang.

Pada awalnya, menurut masyarakat Dayak Gorai (Desa Gema, Simpang Dua) Gelang simpai hanya digunakan atau diaplikasikan untuk mengikat sapu lidi, sarung parang dan keronow (peti mati). Pengolahan gelang resam ini sangatlah sederhana, akan tetapi memerlukan keuletan yang tinggi, dikarenakan tahapan pengolahan dari batang resam hingga menjadi bahan baku siap anyam cukup banyak memakan waktu. Batang resam biasanya tumbuh di tepian sungai berbatu.

Sistem pengolahan bahan baku resam adalah sebagai berikut : pertama, yaitu  mengambil batang resam sesuai kebutuhan. Kedua, merawut kulit luar resam dan mengambil bagian dalamnya yang berwarna coklat tua dan dirawut dengan ukuran kurang lebih 1mm, dan yang ketiga yakni menjemur hasil rawutan  hingga kering.

Tiga tahapan di atas biasa dilakukan dengan memakan waktu hingga 2 (dua) hari, akan tetapi jika pengrajin menginginkan warna lain maka waktu pengolahan bahan baku akan bertambah. Adapun teknik tradisional pewarnaan resam adalah seperti berikut ini :

  • warna hitam, maka secara tradisional resam hasil rawutan direndam terlebih dahulu dengan kulit jengkol, kulit rambutan, atau daun jengkol muda.
  • warna kuning, maka direndam menggunakan air kunyit (curcuma longa)
  • warna ungu / merah, maka direndam menggunakan air buah cengkodok (Melastoma polyanthum Bl).

Setelah tahapan ini selesai, maka sudah menjadi bahan baku siap pakai atau siap untuk dianyam.

Beberapa jenis anyaman simpai yang dikenal di masyarakat dayak Gorai adalah sebagai berikut :

1. Jenis anyaman Simpai untuk pengikat sapu :
– Simpai Tigow / simpai tiga : anyamannya hanya tiga lilitan
– Simpai Tujoh : anyamannya hanya tujuh lilitan

2. Jenis anyaman simpai untuk pengikat sarung parang / Simpai Sarak :
– Anyam Sensigie : termasuk dalam teknik simpai tigow karena anyaman mata satu.
– Kerarai Duow : termasuk dalam teknik simpai tujoh, dengan bilah yang terangkat ke atas ada 2, dan di bawah ada 2.

Anyaman Kerakai Duow (Foto : IST)

– Kerarai Tigow : termasuk dalam teknik simpai Sembilan, dengan bilah yang terangkat ke atas ada 3  dan di bawah ada 3.
– Kerakai Mpat : termasuk dalam teknik simpai dua belas, dengan bilah yang terangkat ke atas ada 4 dan di bawah ada 4.

Kerakai merupakan istilah untuk mata anyamannya, sementara Sarak merupakan istilah untuk berapa kali anyamannya dibelah/dilebarkan. Semakin dilebarkan berarti semakin banyak sarak-nya. Biasanya hanya di-sarak sampai tujuh dengan cara menghitung bisa dilihat pada tampuk yang berbentuk runcing ada berapa runcingan di baris itu, jika ada 3 berarti sarak tigow.

Kerarai Tigow (Foto:IST)

Kombinasi antara kerakai dan sarak sangat sering dilakukan, misalnya kerakai duow dengan sarak tigow berarti menggunakan mata anyaman kerakawi duow dengan lebar sarak tigow (tiga kali pengulangan).

3. Aneka Kreasi Motif, ini didasari oleh  metode anyaman Tayak Surat, dan merupakan kombinasi antara resam dan rotan sehingga gelang tampak lebih berwarna dan meriah.

4. Simpai Keronow, cara ngayamnya terbalik dan tidak boleh sembarangan dibuat, hanya orang tertentu saja yang boleh mebuat simpai ini.

Jadi menurut klasifikasi masyarakat Gorai, berdasarkan penggunaannya simpai itu ada 3 jenis yaitu simpai Sapu Lidi ( simpai tigow dan tujoh ), yang kedua Simpai Sarak yang dulu dipergunakan untuk menyimpai sarung parang dan sekarang dikembangkan menjadi asesoris gelang, cincin. Dan yang ketiga merupakan Simpai Keronow.

Kerarai Mpat (Foto : IST)

Teknik yang dikembangkan untuk karya gelang simpai yang dipakai saat ini berasal atau didasari dari anyaman simpai yang pada awalnya digunakan untuk pengikat sarung parang. Dan untuk kreasi motif pada gelang simpai itu didasari dari Teknik tayak surat. Tayak Surat merupakan Teknik menganyam yang menghasilkan bentuk / motif pada sesuatu yang dianyam. Tayak Surat ini biasa dianyam untuk pembuatan tas, tempat/ wadah kecil yang berbahan baku dari rotan.

Sebuah karya dari resam hingga saat ini pemanfaatannya bukan saja untuk gelang akan tetapi bisa diolah menjadi topi, anting-anting dan aneka anyaman lainnya.

Untuk di Gorai sendiri, masih banyak pelaku atau penggiat kerajinan ini. Hal ini dikarenakan budaya rumah Betang tempo dulu yaitu kaum wanita memiliki giat keseharian menganyam untuk menghasilkan karya dan mengisi waktu luang.

Kini rumah Betang sudah tinggal puing tongkat , rumah Betang yang asli bagi generasi milenial saat ini tinggal mendengar cerita, peninggalan berupa tiang dan perlengkapan lainnya serta foto yang masih tersisa. Akan tetapi semangat rumah Panjang masih terasa di Kampung ini. Pemanfaatan hasil alam bukan kayu masih giat dilakoni untuk mengisi waktu dan dijual. Sudah banyak hasil karya yang diperoleh dari rumah Betang Gorai untuk dipertunjukkan pada dunia luar. (MONGA / DWI ZA BAGASTIA)

RELATED ARTICLES

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar anda
Masukkan nama anda di sini

- Advertisment -

Most Popular

Recent Comments