Hutan dan Kita

1796
Tipe Hutan alluvial di Gunung Palung. Salah satu ciri khas hutan alluvial banyak ditumbuhi tanaman yang rendah (Stacyprinium sp.). Foto dok. Wahyu Susanto, Yayasan Palung (GPOCP)

“Hutan dan kita menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan”

Hutan dan kita menjadi satu kesatuan yang tak terpisahkan. Hutan menjadi nafas semua makhluk hidup. Hutan sebagai sumber dari segalanya. Manusia perlu hutan, hutan perlu berlanjut jika semua makhluk ingin berlanjut dan lestari, maka hutan harus tetap ada karena mereka (hutan dan kita) satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Hutan dan kita ibarat selain menjadi satu kesatuan juga sebagai sebagai nafas, demikian singkatnya. Dengan demikian, hutan dan kita memerlukan kebebasan untuk saling harmoni agar bisa terus berlanjut.

Hutan memerlukan kita (manusia) untuk menyemai, memupuk dan melestarikannya. Kita (manusia) bisa berlanjut karena hadirnya hutan.  Bila hutan tetap terjaga maka kita pun masih bisa berlanjut hingga nanti.

Hutan dan manusia yang sejatinya harus harmoni. Keharmonisan kita kepada hutan memberi harapan. Tak sedikit harapan tertuju, hutan memberi berarti kita harus menjaga.

Bukannya membiarkan hutan terus tergadai, tetapi bagaimana cara agar kita bisa menjaga hutan agar tetap ada. Kita (manusia) perlu hutan. Sejatinya hutan tak perlu manusia, tetapi bagaimana hutan yang memberikan berjuta manfaat  kepada makhluk lainnya.

Ada dua pilihan, bagaimana hutan dan kita bisa berlanjut atau sebaliknya. Hutan terjaga kita sejahtera. Adanya hutan, masyarakat pun bisa memanfaatkan hasil dari tersedianya ragam tumbuh-tumbuhan  dan hewan. Tumbuhan yang menyediakan manfaat sebagai obat tradisional dan kebutuhan lainnya. Selain itu, hewan seperti orangutan dan burung enggang berperan sebagai petani hutan.

Beragam manfaat hutan yang boleh kita terima hingga saat ini perlu kita syukuri. Nafas  gratis yang kita terima hari ini dan sebelumnya menjadi dasar bagaimana kita menerima manfaat. Hutan sebagai sumber kehidupan, berarti ia memberi tanpa pamrih. Apakah kita bisa seperti hutan yang memberi tanpa harus menerima.

Tak bisa disangkal, hutan sebagai  satu kesatuan yang harus harmoni hingga selamanya. Semua nafas keberlanjutan makhluk hidup sejatinya harus berlanjut.  Berlanjut berarti harapan pasti semua nafas bisa lestari. Apabila nafas terhenti, maka semua akan tinggal cerita.

Memberi berarti harus mampu memberi harapan. Harapan, agar bagaimana cara kita untuk peduli pada nasib hutan.  Dengan tersedianya hutan berarti pula masih ada harapan agar bumi/ hutan dan tanah air bisa berlanjut hingga nanti. Semoga saja…

(MONGA.ID/Petrus Kanisius)

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar anda
Masukkan nama anda di sini