Awan, kemana engkau
Hujan dimana dirimu
Mengapa asap engkau yang ada
Ku tak tahu, ku merindu langit biru
Kenapa asap engkau di langit
Ku sungguh merindu awan hujan
Langit biru ku mencarimu
Pongah lengah kalah dengan si jago merah
Merenda asa sesak mulai mendera sesak di dada
Bernafas dalam asap, minum dalam air asin
Ku tak tahu harus merindu kepada benalu
Benalu rindu awan biru
Bukan awan kelabu atau asap di langit
Sungguh ku tak tahu merindu
karena beningnya pengelihatan terselubung kabut
mencari cara agar mereda
mereda agar merenda asa
secerca harap agar langit tetap selalu biru
Ratusan titik bara api hingga mencapai ribuan menghampiri sunyinya malam hutan belantara
Pagi menjelang siang engkau pun semakin garang
Tak hanya menghampiri tetapi melahap segenap yang engkau lalui
Merindu tuan yang bijak nan ramah agar tak menyulut percik demi percik api lagi
Mereda hingga reda itu perjuangan para penjinak para pantang pulang sebelum padam
Harapku hujan pun segera turun menyapu dan kiranya asap cepat berlalu.
Ketapang, Kalbar, 6/8/2019
(MONGA.ID/Petrus Kanisius)