Warga Tionghoa Ketapang Kini Bingung Memilih Caleg: Air Kaleng dan Kue Keranjang Menjadi “Politik Manis” Menjelang Tahun Baru Imlek

380
Ilustrasi : Kue keranjang yang menjadi makanan khas di Tahun baru Imlek (IST. gambar diambil dari idntimes.com)

MONGA.ID – KETAPANG, Menjelang perayaan Tahun Baru Imlek, masyarakat Tionghoa Ketapang dihadapkan pada fenomena yang menimbulkan kebingungan dalam menentukan pilihan calon legislatif (caleg). Di tengah suasana meriah menyambut Imlek, para caleg dari kalangan Tionghoa sendiri terlihat berlomba-lomba membagikan air kaleng dan kue keranjang kepada warga, menciptakan apa yang dapat disebut sebagai “politik manis”. Para caleg, dengan upaya untuk mendapatkan perhatian dan dukungan warga, menggunakan berbagai macam strategi termasuk memanfaatkan momentum perayaan Tahun Baru Imlek. Pemberian air kaleng dan kue keranjang dianggap sebagai salah satu bentuk upaya untuk memenangkan simpati masyarakat, terutama di kalangan Tionghoa.

Namun, di balik gestur yang terlihat manis tersebut, banyak warga Tionghoa yang merasa bingung dalam menentukan pilihan caleg. Mereka mengaku merasa kesulitan untuk membedakan mana caleg yang sungguh-sungguh memiliki komitmen dan integritas untuk mewakili aspirasi masyarakat, dan mana yang hanya memanfaatkan perayaan budaya sebagai alat untuk kepentingan politik mereka.

“Kami merasa bingung dan dilema,” ujar Liang, seorang warga Tionghoa di Pasar Lama, Kampung Kantor. “Di satu sisi, kami senang mendapat perhatian dan berkat luar biasa dari caleg. Namun, di sisi lain, kami ingin memilih caleg yang benar-benar peduli dan mampu mewakili aspirasi kami di parlemen.”

Menyikapi fenomena ini, Agatha Leny, seorang aktivis perempuan Tionghoa Ketapang, yang juga pengurus Forum Komunikasi Pemuda Tionghoa Ketapang (Forkompetika) mengatakan, “Fokus pada kualitas dan integritas caleg dalam memperjuangkan kepentingan rakyat harus menjadi prioritas utama, bukan sekadar tindakan politik yang terkesan instan, dengan memilih siapa yang memberikan air kaleng dan kue keranjang yang banyak, caleg itu yang dipilih.

Harus dipilah dan dibedakan, caleg mana yang sudah teruji dan sudah berbuat untuk kita selama ini dengan caleg yang baru terjun ke politik, alias baru coba-coba peruntungan”, lanjut Leny.

Dengan demikian, pemilihan caleg di kalangan warga Tionghoa Ketapang bukan hanya tentang menentukan siapa yang memberikan bingkisan Imlek terbaik, tetapi juga tentang bagaimana mereka dapat mendorong partisipasi politik yang berkualitas dan membangun kepercayaan dalam representasi politik mereka sendiri. Ini adalah tantangan yang membutuhkan pemikiran kritis, edukasi politik yang lebih baik, dan komitmen untuk membangun masyarakat yang lebih baik secara keseluruhan.

(MONGA / FRANS DONI)

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar anda
Masukkan nama anda di sini