Sudahkah Kita Peduli dengan Cinta pada Puspa dan Satwa?

904
Puspa dan Satwa. Desain Gambar Mega Okta, (Foto dok : Vanessa/Istimewa/YP/MONGA.ID).

Setiap tanggal 5 di bulan November diperingati sebagai Hari Cinta Puspa dan Satwa. Hari Cinta Puspa dan Satwa yang kita peringati sekaligus sebagai pengingat kepada kita semua tentang bagaimana rasa peduli dengan tindakan nyata kita berupa cinta kita pada puspa dan satwa saat ini.

Perlunya tindakan nyata berupa kepedulian, perlindungan dan rasa cinta terhadap satwa sudah selayaknya dilakukan, mengapa demikian?

Puspa dan satwa yang ada di muka bumi ini sedikit banyak mengalami berbagai persoalan. Tentunnya persoalan tersebut menyangkut hak-hak hidup mereka seperti layaknya manusia.

Peran dan fungsi mereka (puspa dan satwa) tidak terbatas bagi tatanan kehidupan. Akan tetapi tingkat keterancaman habitat tempat mereka tinggal berupa hutan dan populasi mereka semakin  menurun hingga membuat menurun, semakin punah, semakin terancam, semakin langka bahkan tinggal kenangan, akibat berbagai aktivitas manusia. Nasib mereka dari hari ke hari semakin memprihatinkan dengan semakin seringnya interaksi negatif manusia versus satwa.

Perlindungan serta rasa cinta terhadap satwa telah di dengungkan sejak tahun 1993, ini ditunjukkan untuk menumbuhkan rasa cinta terhadap puspa dan satwa. Dengan demikian sudah berlangsung selama 28 tahun sampai hari ini.

Berbagai cara telah banyak dilakukan oleh kawan-kawan lingkungan yang peduli terhadap satwa yang dilindungi, namun kepedulian ini belum sepenuhnya mendapat dukungan dari berbagai pihak, tetapi nyatanya sangat ironis.

Kepedulian bersama terhadap satwa dilindungi yang menjadi dasar kepeduliaan, cinta terhadap satwa dilindungi cenderung semakin terabaikan khususnya tindakan nyata. 

Hal lainnya yang mendasari semakin memperparah terancamnya satwa dan hutan di sebabkan oleh  tuntutan hidup manusia.

Tidak jarang yang selalu menjadi korban adalah satwa-satwa dilindungi dan keberadaan hutan serta tumbuh-tumbuhan akibat semakin lajunya tingkat kerusakan hutan dan berbagai persoalan lainnya sudah sangat dirasakan dampaknya.

Laju deforestasi juga berdampak langsung terhadap kehidupan manusia, seperti banjir, kekeringan dan kebakaran.

Hutan sebagai tempat berpijak bagi seluruh kehidupan di bumi semakin hari semakin terkikis dan satwa semakin memprihatinkan keberadaannya.

Terhimpitnya habitat sudah barang tentu akibat semakin meluasnya area atau lahan untuk perkebunan dan pertambangan serta pembangunan.

Selain itu, tingkat keterancaman habitat dan populasi satwa seperti orangutan, burung enggang, trenggiling, jenis-jenis burung  dan satwa-satwa dilindungi lainnya akibat perburuan dan pemeliharaan serta masih lemahnya penanganan kasus-kasus terkait kejahatan terhadap satwa.

Bukankah, hutan, tumbuh-tumbuhan dan satwa merupakan satu kesatuan makluk hidup yang tidak terpisahkan di bumi ini.

Sudah barang tentu satu kesatuan, langkah nyata menjadi prioritas utama, kepedulian manusia untuk bersama-sama menjaga dan melindungi serta melaksakan tindakan nyata menjadi suatu keharusan.

Selain itu, pelibatan semua pihak untuk menumbuhkan rasa cinta, peduli dan melindungi harus ada dan kesadaran untuk saling mendukung tetap terjaga dan lestarinya satwa dan lingkungan secara berkelanjutan.

Petrus Kanisius/MONGA.ID

(MONGA.ID)

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar anda
Masukkan nama anda di sini