ANAK MUDA HARUS SADAR! KEPUNAHAN SPESIES BUKAN SEKEDAR ANCAMAN, JIKA BUKAN SEKARANG BERTINDAK KAPAN LAGI?

533
Salah satu aksi nyata kepedulian terhadap nasib bumi dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang pro lingkungan. (Foto : IST/M.Syainullah).
Salah satu aksi nyata kepedulian terhadap nasib bumi dengan melakukan kegiatan-kegiatan yang pro lingkungan. (Foto : IST/M.Syainullah).

Indonesia adalah salah satu negara dengan status “Mega Biodiversitas” terbesar kedua didunia setelah negara Brazil dengan hutan hujan Amazonnya. Bagaimana tidak, Indonesia itu sendiri memiliki kurang lebih sekitar 25.000 spesies tumbuhan dan 400.000 jenis hewan dan ikan dimana menurut Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) secara spesifik Indonesia memiliki 10% spesies tumbuhan dunia, 12% spesies satwa, serta terdapat 2.273 spesies fungi yang telah diidentifikasi di Indonesia. Jumlah ini terhitung masih sangat sedikit. Sekitar 1.9% dari fungi yang ada di dunia. Indonesia diperkirakan memiliki 86.000 spesies fungi dari 1,5-3 juta fungi dunia. Saat ini, baru 120.000 spesies teridentifikasi. Dan spesies-spesies tersebut tersebar membentang mulai dari Sabang sampai Merauke, Pulau Kalimantan dan Sumatera.

Menurut data terbaru dari International Union for Conservation of Nature (IUCN) red list Indonesia dari total 1.225 spesies yang terdaftar, ada di antaranya 192 sangat terancam punah yang mana diantaranya adalah spesies Orangutan Kalimantan dan Sumatra (Pongo pygmaeus, P. Abelli P. Tapanuliensis), 361 terancam punah, dan 672 rentan dan 3 spesies sudah dinyatakan punah. Selain itu ada 126 tumbuhan Indonesia yang memiliki status keterancaman tertinggi yaitu Critically Endangered dimana diantaranya adalah tumbuhan Kantong Semar atau Nephentes sp, dimana diantaranya adalah Nepenthes aristolochioides; N. clipeata; N. dubia; N. lavicola; N. rigidifolia; dan N. sumatrana..

Ancaman kepunahan spesies ini bukan tanpa sebab, hal ini buntut dari permasalahan yang amat sangat kompleks. Salah satu latar belakang penyebab terjadinya ancaman pengurangan spesies ini adalah rusaknya ekosistem hutan sebagai habitat banyak spesies tersebut. Rusaknya habitat merupakan alasan utama yang membahayakan status spesies, baik hewan maupun tumbuhan.

Kerusakan umumnya dilakukan karena faktor ekonomi, seperti deforestasi, penambangan, dan migrasi manusia sehingga menjadikan habitat tersebut tempat tinggal mereka. Akibat yang ditimbulkan dari aktivitas manusia tersebut adalah tergusurnya satwa. Satwa akan menjauh dan mencari habitat lain namun kendala yang dihadapi adalah terkadang habitat baru bisa saja tidak cocok untuk mereka. Selain itu, perburuan serta perdagangan satwa juga menjadi penyebab terjadinya ancaman kepunahan spesies satwa. Intinya eksploitasi yang berlebihan berdampak buruk pada kekayaan ekosistem sehingga menciptakan efek domino pada aspek-aspek lain nya. Tentu juga akan berpengaruh pada manusia itu sendiri, seperti banjir dan longsor akan sering terjadi karena hutan sebagai pondasi dan ruang serapan air menjadi terganggu fungsinya. Panas juga akan semakin parah karena pelepasan karbon dan efek rumah kaca karena polusi berlebihan dan tak dapat ditanggulangi oleh hutan yang semakin sedikit sehingga berpotensi mencairkan sumber air beku di kutub utara yang menyebabkan naiknya ketinggian permukaan air di bumi. Tentu akan merugikan sekali bagi umat manusia.

Lantas apa yang bisa dilakukan oleh kita sebagai anak muda untuk mengambil peran dalam memutus rantai siklus kepunahan spesies tersebut? Jika kita membahas mengenai solusi apa yang tepat tanpa memahami metode dan segmentasi yang tepat tentu menjadi tidak akan maksimal. Tentunya kita sebagai anak muda terutama yang terklasifikasi sebagai generasi milenial yang sarat akan dunia cyber seperti menjadi bagian dari hidup generasi tersebut. Ada banyak opsi dalam menentukan metode yang tepat untuk menjadi bagian dari perlawanan menolak kepunahan spesies tersebut, akan tetapi kampanye terutama pada ruang cyber menjadi sangat efektif, efisien, relevan dan paling murah (zero cost) untuk generasi milenial. Jumlah pengguna internet di Indonesia telah mencapai 205 juta pada Januari 2022. Ini berarti ada 73,7% dari populasi Indonesia yang telah menggunakan internet, dengan melihat data tersebut kita tahu ruang cyber atau dunia maya seharusnya menjadi keuntungan tersendiri untuk melakukan kampanye konservasi  alam.

Solusi lainnya adalah bergabung dengan komunitas atau organisasi yang memiliki pandangan sejalan guna mengedepankan kepentingan dan tujuan sang sama seperti bergabung dengan komunitas atau organisasi yang berkaitan dengan misi dan visi pro konservasi sehingga upaya yang dilakukan menajdi lebih terarah dan lebih efisien jika dibandingkan dengan berjuang sendirian. Selain itu bergabung dengan organisasi yang sejalan juga memiliki keuntungannya sendiri, dengan bergabung di organisasi kita bisa lebih terarah dengan tujuan yang akan dicapai. Kapasitas atau kemampuan yang kita miliki akan meningkat karena biasanya wadah-wadah tersebut menghadirkan kegiatan peningkatan kapasitas baik melalui pelatihan ataupun diskusi.

Selain kampanye pada dunia maya, kampanye secara luring juga sangat efisien, namun juga membutuhkan cost tertentu. Beberapa kegiatan kampanye nyata yang dapat kita lakukan adalah seperti melakukan penanaman pohon atau restorasi habitat baik sendiri maupun berkelompok sama-sama berdampak, melakukan program bakti sosial, dan kampanye orasi dikesempatan yang sesuai. Apapun cara yang akan dipilih dalam upaya memerangi laju kepunahan spesies ini sama-sama berdampak, kita sebagai anak muda hanya perlu memilih salah satu yang paling enak dan sesuai untuk dilakukan. Lebih baik terlambat menyadari namun bertindak daripada tidak sama sekali. Sebagai anak muda pelopor, pendobrak dan pionir penting hal nya untuk peka pada keadaan dan melakukan sesuatu sebagai penggerak. Semua ada ditangan kita, hanya perlu ambil langkah pertama dan lakukan.

Penulis : M. Syainullah (WOBCS 2021/YP)

TINGGALKAN KOMENTAR

Masukkan komentar anda
Masukkan nama anda di sini